Kepala Seksi Publikasi Dinas Pemadam Kebakaran Sahrudin mengatakan frekuensi kebakaran cenderung tinggi pada bulan Ramadan. Alasannya, aktivitas masyarakat pada bulan suci turut bertambah.
“Biasanya tidak bangun di malam hari, sekarang malah memasak pada malam hari,” ujar Sahrudin, Ahad, 6 Juli 2014. Selain selama puasa, menurut dia, setelah Ramadan juga rawan kebakaran karena sebagian besar warga Jakarta pulang kampung.
“Sebelum mudik, sebaiknya perhatikan kompor gas atau listrik,” ujarnya. “Sehingga begitu kembali ke Jakarta sudah hangus rumahnya.”
Tahun lalu, ia mengatakan, kebakaran di Jakarta mencapai dua kali dalam sehari. Jika ditotal selama puasa, frekuensi amukan si jago merah mencapai 60 kali. Untuk mengantisipasi kebakaran, dinas melakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui siaran radio.
Cara lainnya, Sahrudin melanjutkan, diadakan penyuluhan langsung ke masyarakat. Salah satu pesan yang disampaikan dalam penyuluhan itu adalah cara memadamkan kebakaran. “Kami ingin masyarakat bisa mengatasi kebakaran sendiri sebelum kami datang,” kata dia.